Jumat, 05 Agustus 2011

Kisah Cinta : "LADY DIANA" Puteri yang Tewas di Kejaran Paparazi

LADY Diana lahir dengan nama Diana Frances Spenser, anak bungsu dari Edward Spencer dari isteri pertamanya Frances Spencer pada tanggal 1 July 1961 di Park house, Sandringham Estate. Diana dibabtis oleh Percy Herbert di gereja St. Mary Magdalena, Sandringham. Diana mendapatkan pendidikan di Riddlesworthh Hall di Noefolk dan di West Heath Girl's School di Sevenoaks, Kent. Dimana, diana dianggap sebagai seorang pelajar berprestasi rendah.

MASA REMAJA
Ketika berusia 16 tahun, Diana meninggalkan sekolah West Heath untuk melanjutkan sekolahnya di Institut AlpinVidemanette, Switzerland. Sebuah sekolah yang menitikberatkan pada pendidikan budaya. Di sekolah itu, terdapat wadah bagi para pelajar untuk kegiatan-kegiatan sosial. Walaupun tidak cemerlang dalam pelajaran, namun Diana seorang penyanyi amatir yang baik. 
PERNIKAHAN YANG BERUJUNG PERCERAIAN
Sesudah bertunangan dengan Pangeran Charles (24 February 1981), Diana menikah dengan upacara meriah di Kathedral St. Paul, London (29 July 1981). Diana seolah mewakili wanita idaman yang sangat bahagia menemukan cintanya. Terlebih dengan calon pewaris tahta kerajaan Inggris. Diana semakin di sayang pers Inggris, ketika mulai melahirkan putera pertamanya Pangeran William Arthur Philip Louis dan putera keduanya Pangeran Henry Charles Albet David. 
Selang beberapa tahun, keluarga Diana-Charles mulai menampakkan tanda-tanda keretakan. Charles berpaling ke cinta pertamanya, Camilia Parker Bowles. Diana yang ternyata menderita bulimia itu pun mulai membuka affair dengan pria idaman lain (PIL). Harapan dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat duniaagar pasangan Diana-Charles untuk hidup bahagia selamanya itu sontak porakporanda. Terlebih saat PM Inggris, John Mayor, mengumumkan bahwa pasangan Diana-Charles telah berpisah (28 Agustus 1996).
MENEMUKAN CINTA YANG SEJATI
Harian Woman's Day (edisi 31 Agustus 1997) menurunkan tulisan yang menceritakan semakin intimnya Diana (36) dengan milyader Dodi al-Fayed(42). Namun tak terduga, redaksi harian itu harus pula menyiapkan aneka tulisan yang memberitakan tentang meninggalnya Diana, Dody, sopir Henry Paul, dan bodyguard Al-Fayed Trevor Rees-Jones dalam kecelakaan lalu lintas di Paris (minggu, 31/8) dini hari.
Diana tewas sesudah menemukan cinta sejati. Cinta yang tidak pernah ia temukan disepanjang pekawinannya dengan Charles. Maka dengan caranya sendiri, Diana mencoba menemukan cinta sejati itu. Namun takdir berkata lain. Tak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian. Diana telah membuktikannya.
Dunia kaget dan berduka. Inggris terkejit dan berang. Namun Diana terlanjur pergi dan tak pernah kembali. Tak akan ada lagi senyum menawan dari seorang wanita pecinta musik klasik dan balet, pemain ski ulung dan jago renang, pecinta anak-anak dna penyayang semua umat dengan aktif bekampanye anti-ranjau darat di seluruh dunia. 
PAPARAZI  PEMICU KEMATIAN DIANA
Menjadi seorang publik figur, apalagi seorang wanita cantik yang menjadi istri calon pewaris tahta kerajaan, sungguh tidak mudah. Dimana Diana berada; disitu sorotan kamera televisi, kilatan blitz foto, dan coretan pena diatas notes-notes senantiasa mengiringi. Seolah apa saja yang dilakukan Diana , terlebih saat melakukan affair dengan PIL, sungguh menarik untuk dijadikan berita. Belum lagi keberadaan Paparazy yang selalu membuntuti orang-orang penting untuk difoto eksklisif dengan imbalan honor tinggi dari  media yang bersedia membelinya.
The Sun, The Minor, dan Daily Mail merupakan 3 tabloid Inggris yang menjadi pelanggan foto-foto eksklusif kiriman paparazi. Salah satu penyulut kecelakaan maut Diana dan Dody adalah akibat ulah paparazy yang bertindak berlebihan dan pantang menyerah demi honor tinggi. Meski ulah paparazi tak dapat disalahkan sepenuhnya, karena masyarakat dunia tengah tertarik mengikuti pekembangan berita terbaru tentang Diana.
Maraknya pemberitaan duka dari seluruh penjuru dunia atas meninggalnya Diana menunjukkan bahwa wanita itu memang memiliki kharisma yang luar biasa. Komitmennya terhadap kemanusiaan dan perjuangannya di dalam mewujudkan keluarga bahagia telah memberikan inspirasi bagi kaum wanita untuk selalu melakukan hal yang sama. Menjadi isteri, ibu dan sekaligus publik figur yang bermakna bagi sesama memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Namun Diana telah berjuang, meski tak sepenuhnya tercapai. 
KEMATIAN
Jenazah Diana dibaringkan di Kapel Keluarga Kerajaan di St. James's Palace. Masyarakat tak diperbolehkan meletakkan karangan bunga dukacita. Tak sebagaimana di tempat kediaman Diana di Kensington Palace. tumpukan bunga dukacita terus bertambah. Warga London dan turis-turis tak putus-putusnya menaruh karangan bunga pada sang puteri. Salah satu karangan bunga yang paling mengharukan itu bertuliskan demikian : "Yang mulia Puteri Diana. Kami kehilangan seorang Puteri, tapi di surga betambah seorang Bidadari."
Di Kapel Keluarga Kerajaan, empat buku ucapan duka disediakan. Sekitar satu setengah jam sebelum diumumkan, maka sekitar 2000 orang diluar kapel telah mengantri untuk mengisi ucapan duka di buku itu. Di kapel itu, jenazah Diana di semayamkan sampai saat penguburan.
KRONOLOGIS SAAT_SAAT TERAKHIR KEHIDUPAN DIANA
Awal Agustus 1996 : Diana yang bercerai dengan Charles untuk pertama kalinya  memiliki kekasih baru yang cukup serius. Dialah Dody Al-Fayed, produser dan miliuner. Tabloid-tabloid Inggris muncul dengan foto-foto Diana yang berang kulan dengan Dody. Bahkan Daily Mail menunjukkan bahwa pasangan Diana-Dody yang berpakaian renang itu tengah berciuman dengan mesra.
Pertemuan Diana dengan Dody merupakan hari-hari penuh madu. Keduannya bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Diana berlibur untuk ketiga kalinya bersama Dody. Sang ahli waris toko serba ada yang mewah di Harrod.
 Sabtu, 30 Agustus 1996 : Diana dan Dody tiba di Paris sore hari, setelah berlibur selama seminggu di Saint Tropez (Perancis Selatan). Pasangan yang dimabuk asmara itu tengah bersantap malam di Hotel Ritz milik ayah Dody, di Place Vendome, Paris. Sementara wartawan foto yang berjumlah 30 orang menunggu di luar hotel untuk mengambil foto pasangan itu.
Bermaksud menghindari paparazi, Diana dan Dody meninggalkan hotel lewat pintu belakang di Rue Cambon yang tak biasa dilewati oleh tamu hotel. Untuk mengelabui paparazi, Diana dan Dody mengendarai Mercedes Benz S-280 warna hitam milik hotel. Mobil 12 silider yang mampu melaju 250 km/jam itu dikemudikan oleh Henry Paul (seorang sopir dari keamanan hotel). 
Diana dan Dody duduk di kursi belakang tanpa mengenakan sabuk pengaman. Trevor Rees-Jones (veteran Perang Teluk dan bekas pasukan payung) yang menjadi pengawal pribadi Dody duduk di kursi depan. Tak lama kemudian, mobil itu melaju ke arah barat di jalan bebas hambatan sepanjang Sungai Seine. 
Namun para juru foro tak kalah cerdik. Menurut saksi mata, mobil yang membawa pasangan selebritas itu diuber oleh sekitar 7 wartawan foto yang mengendarai sepeda motor dan mobil. Karena kejaran para juru foto, Paul tancap gas. MObil masuk terowongan bawah tanah dengan kecepatan 160 km/jam. Padahal di jalur yang agak menikung itu, pengemudi hanya diizinkan melajukan kendaraannya maksimum 50 km/jam. 
Minggu, 31 Agustus 1996 : Paul tak melepaskan injakan gasnya. Makin lama Mercedes Benz itu seolah terbang dengan kecepatan  hampir 200 km/jam. 
Sekitar pukul 00.35 Waktu Paris (pukul 05.35 WIB) : Mercedes Benz memasuki terowongan Place de I'Alma ( kurang lebih 2 km dari menara Eiffel). Kendaraan mewah itu menabrak pilar yang memisahkan sisi barat dan timur jalur. Menurut analisa, mobil itu meledak kedalam dan memutar 180 derajat. Terguncang dan teronggok. Begitu hebatnya tabrakan, radiator mesin melesak sampai ke tumit penumpang bagian depan. Bempernya melipat nyaris ke kaca bagian depan. Diana tak sadar. Dody dan Paul tewas. Rees-Jones terluka dikepala dan paru-paru, namun jiwanya tak terancam.
Pukul 00.30-01.50 Waktu Paris : Seorang dokter yang pertama kali mengatakan tentang Diana : "Ia tak sadar!" Para juru foto memotrer mobil dan korba. Tak lama kemudian, polisi dan petugas pemadan kebakaran datang. Bekerja keras untuk mengeluarkan Diana dari dalam rengsekan mobil itu. Diana segera dilarikan ke rumah sakit.
Pukul 02.00 Waktu Paris :  Tubuh Diana yang berlumuran darah tiba di RS de La Pitie-Salpetriere. Dilaporkan, Diana menderita patah lengan, luka parah di bagian dada, dan mengalami pendarahan hebat yang diikuti  berhentinya denyut jantung. Secara darurat, para dokter bedah mengoperasi dada Diana yang terluka parah dan menemukan luka utama pada pembuluh vena pulmonari sebelah kiri. Para dokter bedah menutup luka di jantungnya dan berjuang keras memberikan pertolongan pertama dengan resusitasi (pemulihan denyut jantung dan pernapasan dengan pemijatan jantung dan pernapasan buatan).
Beberapa menit melewati pukul 02.00 Waktu Paris : Para dokter terus melakukan pertolongan pertama pada Diana dengan resusitasi selama 2 ja. Namun peredaran darah tetap tidak stabil. Usaha itu telah gagal menyelamatkan nyawa Diana. 
Pukul 04.00 Waktu Paris (Pukul 09.00 WIB) :  Para dokter di rumah sakit itu mengumumkan : "Diana meninggal dunia!"
Seperti itulah kisah cinta Lady Diana yang harus berakhir dengan tragis.
Namun ke tragisan itu sudah membawa suatu pelajaran yang besar dan berharga bagi orang-orang di seluruh dunia.
Bagaimana kita menghargai cinta dan bagaimana memperjuangkannya dengan segenap hati kita!
Itulah pelajaran yang bisa kita petik.


Cintanya kepada keluarga, anak, saudara, sesama, tanpa memandang status sosial akan menjadi inspirasi kita dalam menjalani hidup ini.
Selamat Jalan Lady Diana!!!